Asal Usul
Nama Desa Jeblokan
Desa
Jeblokan Terletak disebelah barat kecamatan Temayang yaitu sekitar 3Km dari
Kecamatan Temayang.awal mula dinamakan desa jeblokan adalah,dahulu kala ada seorang
wali allah yang singgah(istirahat) dibawah pohon Kepoh yang sangat besar rimbun,lalu
beliau menemui seorang anak yang mengembara kambing disekitaran pohon tersebut,lalu
beliau bertanya "Le aku njaluk ngombene" dalam arti bahasa indonesia "Nak
saya minta minumannya",lalu anak pengembara tadi menjawab "kulo
mboten mbeto toyo mbah,niki wonten e timun" dalam artian bahasa indonesia
"saya tidak membawa air mbah,ini ada mentimun".
Lalu si anak pengembara tadi memberikan buah
timun kepada beliau (Wali) yang bertanya kepadanya,Lalu Wali menjawab "Maturnuwun
le" dalam artian bahasa indonesia "Terimakasih nak", lalu anak
pengembara tadi menjawab "Nggih mbah sami-sami" dalam artian bahasa
indonesia "iya mbah,sama-sama". lalu sang wali berkata pada dirinya
sendiri "Oo berarti daerah kene iki angel banyu" dalam artian bahasa indonesia
"Oo berarti daerah sini itu susah air(sumber mata air)".
Namun setelah itu sang wali heran dengan
tanaman yang ditanam para warga.beliau heran karena,meskipun susah sumber mata
air tanaman yang ditanam didaerah sini tumbuh subur entah mengapa sebabnya,lalu
sang wali mencoba membuat lubang didalam tanah disamping tempat beliau duduk,beliau
membuat lubang kira-kira sedalam kurang lebih 60cm. Pada saat sudah mencapai
galian 20cm sang wali heran karena banyak batu yang sepertinya menghalangi sumber
mata air untuk didapatkan.heran,lalu pada diri beliau bertanya "opo iki
seng marei neng daerah kene angel banyu" dalam artian bahasa indonesia
"apa ini yang menyebabkan daerah sini susah sumber mata air". Lalu
beliau masih mencoba menggali hingga kedalam 50cm,pada kedalaman tersebut batu-batuan
yang menghalangi sumber mata air itu sudah tidak beliau mencoba lagi menggali kedalaman
60cm lalu sang wali terkagum karena tanah yang tadinya kering-keronta dan penuh
batu tiba-tiba terasa basah dan munculnya aliran sumber mata air kecil,lalu beliau
berkata "goro-goro watu-watu maeng mangkane sumber banyu angel neng
kene" dalam artian bahasa "gara-gara batu-batu tadi,mangkanya sumber
mata air susah dicari disini", tapi aliran dari sumber tersebut memang
tidak deras hal itu dikarenakan disekitaran galian tersebut masih ada tumpukan
batu-batu seperti yang ditemukan saat sang wali menggali dan pada saat itu juga
terjadi musim kemarau,sang wali berkata "berarti daerah kene iki nek musim
ketigo angel banyu,tapi pas musim rendeng an mesti kene akeh banyu" dalam
artian bahasa indonesia "berarti daerah sini kalau musim kemarau memang
susah air,tapi waktu musim penghujan pasti banyak air" dan beliau akhirnya
membuat sebuah gubuk untuk tempat sementara beliau singgah disitu,gubuk
tersebut terletak dibawah pohon kepoh yang rindang tadi,lalu sang wali mencoba
mangajarkan mengaji pada orang tua dan bahkan anak-anak didaerah sini,dan respon
para masyarakat sangat senang,karena mereka ingin bisa mengaji.
singkat
cerita,lalu beliau(sang wali) mengajak para warga masyarakat untuk mencoba
membuat sumur dengan kedalaman 5 meter,dan pada awal pengerjakan para warga
masyarakat bingung karena banyak tumpukan batu yang menghadang mereka untuk
terus menggali,lalu sang wali menasehati "terusno ae galianmu,mengko lak
metu sumber banyu" dalam artian bahasa indonesia "teruskan saja galian
kalian,nanti akan keluar sumber mata air air", setelah sekitar 3 hari para
warga masyarakat berjibaku membuat sumur tersebut dan belum mencapai kedalaman
5 Meter,sumber mata sudah mulai tampak keluar dan besar para warga tentunya
sangat senang dan sang wali berkata "Alhamdulillah". akhirnya sumur
tersebut digunakan para warga untuk mandi,minum,mencuci dan hal-hal lainnya
namun saat musim kemarau para warga harus mengambil air disumur desa lain yang
berjarak kira-kira 1 Km dari daerah desa Jeblokan,
dan
pada akhirnya sang wali memberi nama daerah tersebut dengan Nama "Desa Jeblokan"
nama Jeblokan sendiri diambil dari kata Jeblok (jalannya yang sangat jelek),dan
Blokan (sumber mata air yang hanya ada saat musim penghujan).dan pada saat ini
pohon Kepoh tersebut masih dipergunakan untuk acara-acara desa salah satunya
adalah Manganan yang digelar disekitaran pohon tempat Wali tersebut singgah .
Seiring berjalannya waktu,sumber mata air disini lebih susah didapatkan minimal
seriap warga yang membuat sumur harus mengcapai galian kurang lebih 7 Meter
dengan diameter 50cm.
Lalu
untuk daerah sebelah dari desa Jeblokan dinamakan desa Bakulan, kata Mbak(Tanahnya
subur) dan Kulan (yang berarti kebalikan kata kulon atau barat) yang berarti
desa tersebut terletak disebelah timur dari desa Jeblokan.
MAPS DESA BAKULAN KECAMATAN TEMAYANG